Resensi Buku "Cinta Dalam Diam" by: Siska Amelia
Nama : Siska Amelia Tafsilatul Mufsida
Nim : 202269090063
Kelas : 1/D
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Prodi : Administrasi Bisnis
Resensi Buku "Cinta Dalam Diam"
1. Identitas Buku
Judul Buku : Cinta Dalam Diam
Judul Resensi : Kisah Cinta Perjodohan
Penulis : Shineeminka (Ika Fitriani)
Penulis Resensi : Siska Amelia Tafsilatul Mufsida
Tebal Buku : 368 halaman
Penerbit : Bintang Media
Tahun Terbit : 2017
2. Sinopsis Buku
Seindah cinta yang dimiliki oleh Ali dan Fatimah. Mereka menyimpan cinta mereka dalam diam, hanya doa lah yang menjadi jalan agar rasa itu tetap dapat terjaga kesuciannya.
Dapatkah aku mencintaimu seperti Fatimah yang mencintai Ali dalam diam? Atau dapatkah aku seperti Ali yang dapat menjaga kesucian cintanya pada Fatimah, saking sucinya cinta itu hingga setan pun tak tahu akan perasaan cinta yang Ali simpan untuk Fatimah.
Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk dinanti. Seperti Ali, cinta mempersilahkan, atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan dan yang kedua adalah keberanian.
Kisah Cinta Dalam Diam bermula dengan sebuah perjodohan antara Zahra dengan Ali. Alasan mereka dijodohkan adalah kedua ibu mereka merupakan teman dekat. Zahra merupakan mahasiswi jurusan kedokteran semester awal. Dia adalah seorang perempuan yang sedang belajar hijrah setelah membaca cerita Ali dan Fatimatuzzahra. Ali adalah seorang dokter lulusan salah satu universitas di Malaysia. Dia juga merupakan dosen di universitas yang Zahra tempuh. Zahra tetap menerima perjodohan itu, walaupun dia belum siap. Zahra ingin menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya. Kemungkinan besar, Ali juga begitu. Akhirnya mereka menikah.
Pada malam pertama pernikahan mereka, wajah Ali seketika berubah saat melihat Ayana, adik angkat ibu Zahra. Kemudian, ketika Zahra sedang di kamar mandi, dengan suara cukup keras Ali menelpon Danang, sahabat Ali. Ucapan Ali yang terdengar oleh Zahra membuat hatinya sedikit tergores. Ali mengatakan bahwa dia telah salah mengira. Ayana adalah orang yang selama ini ada di dalam doanya, bukan Zahra yang notabenya telah dia nikahi. Zahra dan Ayana memang memiliki wajah yang mirip. Bedanya, Zahra memiliki lesung di pipinya. Tidak dengan Ayana yang tidak memiliki lesung. Ali pernah mencintai seseorang dalam diam pada saat dia berkuliah di Turki. Ali terus-terusan mencari perempuan tersebut. Hingga pada saatnya ibu Ali menunjukkan sebuah foto yang mengejutkannya. Foto yang ditunjukkan oleh ibu Ali adalah foto Zahra. Akan tetapi, karena kemiripan yang mereka miliki, Ali mengira perempuan itu adalah Ayana. Zahra pun menangis di dalam kamar mandi. Walaupun pernikahan ini adalah sebuah perjodohan, tetapi Zahra sudah berusaha untuk menerima Ali. Hatinya sudah mulai kagum dan berdebar saat melihat Ali. Zahra sudah berniat untuk mencintai suaminya, Ali.
Setelah itu, Ali pamit untuk pulang ke rumahnya. Sesuatu miliknya tertinggal, kata Ali. Namun, kenyataannya Ali pergi menemui Danang. Danang sebagai sahabat menasehati sahabatnya untuk tetap berpikir jernih, sadar bahwa dia sudah menikahi Zahra. Ali pulang setelah mendapat nasehat dari Danang. Dia mencoba untuk menerima keadaan. Berjalan enam bulan pernikahan Zahra dan Ali, perjalanan mereka tidak semulua itu. Ayana datang ke dalam kehidupan mereka. Kembalinya Ayana membuat iman Ali sedikit goyah. Ali tidak ingin melepaskan Zahra. Dia sudah nyaman bersama dengannya. Akan tetapi, Ali masih mencintai Ayana, cinta pertamanya. Perlahan tapi pasti, Ali benar-benar nekat. Dia menjalin hubungan dengan Ayana, tanpa sepengetahuan Zahra, istrinya. Ali sering melewatkan kesempatan yang bisa dia habiskan bersama Zahra. Sikap Ali yang berubah membuat Zahra mengerti bahwa telah terjadi sesuatu di belakangnya. Zahra bingung. Setega itukah tantenya merusak rumah tangga yang Zahra usahakan untuk terus bertahan. Seorang hafidz yang paham agama malah menyakiti hati istri sah seseorang. Tiada hari tanpa tangis. Zahra lelah memendam semua ini sendiri. Akan tetapi, dia selalu ingat agama. Dia tidak ingin berbuat dosa dengan tidak memperlakukan suaminya dengan baik. Ali benar-benar kalut.
Di satu tempat di hatinya, dia tidak ingin menyakiti Zahra terus-menerus. Ali juga tidak ingin terus berbuat dosa. Dia pun pergi mendatangi ibunya untuk meminta saran darinya. Setelah menceritakan semuanya kepada sang ibu, Ali sedikit merasa lega telah membagi masalah besarnya. Ibu Ali terkejut dengan kenyataan ini. Pikiran dan hati seorang ibu sedang dipertaruhkan sekarang. Ibu Ali memutuskan untuk berbicara dengan Zahra. Dia meminta Zahra mengikhlaskan Ali. Hati Zahra tentu hancur. Akan tetapi, dia mencoba berpikir jernih. Zahra pun mau mengikhlaskan Ali dengan syarat Ali harus menyetujui bercerai dengan Zahra. Namun, Ali tidak mau. Ibu Ali yang sangat menyayangi Zahra, meminta Ali untuk mengambil keputusan dengan tegas. Dia tidak ingin Zahra tersakiti terus-menerus. Zahra menangis. Di kamar mandi dia luapkan semua isi hatinya. Hingga Ali datang dan melihat banyak darah di sana. Zahra dibawa ke rumah sakit dan dinyatakan keguguran. Ali sangat menyesal mendengar hal itu. Zahra sadar dan Ali langsung meminta maaf kepada Zahra tanpa memberitahukan bahwa dia telah mengalami keguguran.
Pada akhirnya, Zahra tahu bahwa dia keguguran karena Ayana mengatakannya. Hatinya benar-benar telah dibuat hancur berkali-kali. Ditambah dengan kenyataan pahit itu dia dengar dari orang yang sangat dia benci. Zahra dengan tegas meminta bercerai. Ali sempat memohon kepada Zahra, namun dia tetapi menolaknya. Perceraian adalah jalan terbaik. Mereka pun berpisah dan Zahra pulang ke rumah orang tuanya. Tak lupa dia mengembalikan cincin pernikahan mereka yang sebelumnya dia berikan kepada ibu Ali.
Setelah lama menjalani hidup masing-masing, Ali menjemput Zahra berniat rujuk. Zahra tidak bisa bohong bahwa cintanya masih ada untuk Ali. Ali jatuh sakit dan Zahra merawatnya di rumah sakit. Tiba-tiba Ayana datang dan meminta pertanggungjawaban atas anak Ali yang dikandungnya. Zahra terkejut dan pergi meninggalkan mereka. Ali pun koma dan Zahra kembali dengan terus berdoa untuk kesembuhan Ali. Kebenaran pun terbukti. Anak yang dikandung Ayana bukanlah anak Ali.
Secara ajaib, mata Ali terbuka. Ali pun kembali bersama Zahra. Singkatnya, Ayana menikah dengan Dylan, ayah dari anak yang dikandungnya. Tahun demi tahun berlalu. Ali dan Zahra masih sabar menanti anak mereka. Hingga setelah tujuh tahun pernikahan, Zahra dikaruniai seorang anak laki-laki. Mereka pun hidup layaknya sepasang suami-istri yang berkeluarga.
3. Kekurangan dan Kelebihan Buku
Kelebihan :
menyelipkan ilmu agama di alur ceritanya. Banyak ajaran-ajaran agama yang bisa diambil pembaca dengan bahasa yang mudah dipahami.
mengajarkan sikap kedewasaan saat seseorang telah menikah. Pernikahan yang mewajibkan seseorang untuk hidup lebih dewasa.
Kekurangan :
masih ditemukannya penulisan kata yang salah.
Konflik dalam cerita juga terbilang sangat drama.
Alur ceritanya cukup banyak digunakan dan mudah ditebak.

Komentar
Posting Komentar